Selasa, 10 Maret 2009

Fakta Waria: Siapa Laki-laki Siapakah Perempuan? dan Ciri-ciri waria.

DALAM bidang kedokteran reproduksi, studi tentang berbagai faktor yang mendasari perkembangan manusia, fisik maupun psikologis, dari masa prenatal sampai dewasa, telah lama dikerjakan. Berbagai segi tentang bagaimana terjadinya janin laki-laki dan perempuan dengan segala karakter yang menyertainya kini sudah mulai dapat dipahami.

Awal perbedaan gender itu bersumber dari terbentuknya gen seks (XY atau XX) yang memengaruhi pembentukan kelenjar penghasil gamet atau gonad. Kromosom seks XY akan mendorong terbentuknya testis (buah pelir) pada laki-laki dan XX memicu pembentukan ovarium (indung telur) pada perempuan. Testis akan memroduksi hormone seks androgen atau testosterone dan ovarium akan menghasilkan hormone seks yang disebut estrogen dan progesterone.Gen penentu yang sangat berperan menentukan pembentukan testis terletak pada lengan pendek kromosom Y yang disebut Sex Region on Y (SRY) atau juga dinamakan Testicular Determining Factor (TDF). Sayangnya pada peristiwa pematangan (meiosis), meskipun sangat jarang, TDF dapat mengalami translokasi atau pindah ke salah satu kaki kromosom XX.

Akibatnya mudigah dengan gen XX yang mengandung TDF akan dapat menginduksi terjadinya testis dan selanjutnya berkembang menjadi individu laki-laki normal yang mampu bereproduksi.

Sebaliknya individu dengan kromosom XY yang kehilangan TDF akan terpicu ke arah jenis kelamin perempuan yang normal. Jadi, kita tidak perlu heran kalau menjumpai laki-laki yang menikah dan mempunyai anak setelah diperiksa ternyata kromosom seksnya XX. Sebaliknya juga terdapat perempuan yang mampu hamil dan melahirkan tetapi memiliki kromosom seks XY. Ini semua merupakan bukti bahwa konsep laki-laki dan perempuan dengan membedakannya atas dasar kromosom seks XY dan XX tidak selalu benar.

Jika hormone seks yang dihasilkan gonad berupa androgen, maka janin berkembang menuju pola laki-laki (maskulin), sebaliknya jika terjadi kekurangan androgen janin secara otomatis akan berkembang ke arah perempuan (feminin).

Pengaruh maskulinitas dan femininitas akibat paparan androgen terhadap janin terjadi pada masa tertentu yang disebut periode kritis atau sensitif yaitu ketika janin berusia 9-14 minggu.

Saat ini, di bawah pengaruh androgen janin akan berkembang menjadi laki-laki; jika androgen tidak dihasilkan janin akan berkembang ke arah perempuan. Sebelum atau sesudah masa itu pengaruh hormone seks ini tidak efektif lagi. Pertumbuhan dan perkembangan masa prenatal merupakan persiapan yang akan berlanjut terus sampai masa sesudah lahir sehingga terbentuk individu laki-laki dan perempuan dewasa. Dengan demikian kromosom seks (XY atau XX) yang terbentuk paling awal ternyata juga tidak secara langsung berpengaruh terhadap terbentuknya janin laki-laki dan perempuan tetapi harus melewati mediasi hormon seks.

Kejadian ini tidak hanya menjelaskan terjadinya manusia laki-laki dan perempuan dengan ciri-cirinya yang secara spesifik berbeda, tetapi juga di kelompok individu yang mempunyai karakter yang berada di antara kedua gender itu.

Salah satu kelompok yang cukup banyak dijumpai adalah laki-laki yang berperilaku perempuan yang lazim disebut waria (male to female transsexual). Individu waria ini memiliki semua ciri laki-laki, kecuali dalam hal perilaku gendernya yang sama dengan perempuan.

Dari hasil studi pada hewan serta manifestasi klinik kelainan hormonal pada manusia, diasumsikan bahwa penyimpangan itu memiliki dasar biologis. Diduga kadar kritis hormon androgen pada periode sensitif awal kehamilan menimbulkan penyimpangan antara pembentukan alat kelamin dan pembentukan perilaku.

Dalam hal ini kadar hormone androgen dapat merangsang pembentukan alat kelamin laki-laki dengan normal tetapi tidak mampu merangsang sel-sel otak menjadi maskulin. Riset neuroanatomi menguatkan hal ini ketika ditemukan bahwa waria memiliki otak dengan struktur yang mirip perempuan, berbeda dengan yang dimiliki laki-laki.

Suatu area otak yang esensial menentukan perilaku gender itu disebut bed nucleus of stria terminalis central division (BSTc), normalnya mempunyai ukuran lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan.

Ternyata pada waria ukuran dan struktur BSTc-nya tercetak sama dengan BSTc perempuan. Demikianlah ketika individu itu dewasa, ia memiliki alat kelamin laki-laki tetapi perilaku gendernya sama seperti perempuan umumnya.

Ketika dewasa, individu waria menunjukkan karakteristik berupa keinginan kuat dan persisten sebagai lawan jenis yang muncul dan berlangsung paling tidak selama dua tahun. Terdapat keinginan untuk hidup dan diberlakukan sebagai lawan jenis atau keyakinan melalui pernyataannya bahwa ia memiliki perasaan dan reaksi seperti lawan jenisnya.

Ia mengekspresikan peran stereotif perempuan seperti tenang, menjaga perasaan orang, membutuhkan rasa aman, mudah menunjukkan perasaan lembut. Tetapi, ia memiliki perasaan tidak senang secara terus-menerus dengan keadaan kelaminnya, atau ketidaksesuaian peran gender dengan jenis seks yang dimilikinya.

Pada waria yang sudah dewasa terlihat adanya keinginan untuk memiliki ciri kelamin sekunder atau primer, misalnya memakai hormon, operasi payudara atau ganti kelamin karena ia memiliki keyakinan bahwa jiwanya terperangkap dalam tubuh yang keliru atau dilahirkan dengan alat kelamin yang salah.

Keadaan ini acapkali menimbulkan distres atau gangguan yang signifikan pada peran-peran sosial, pekerjaan dan fungsi penting kehidupan lainnya. Gangguan yang bersifat psikologis ini bukan tergolong dalam penyakit jiwa atau schizophrenia dan bukan karena faktor kelainan genetik.

Berbeda dengan kelompok laki-laki dan perempuan, kelompok waria umumnya merupakan komunitas yang tertutup. Hal ini dapat dimengerti karena penerimaan masyarakat terhadap keberadaan waria belum sepenuhnya baik.

Kaum waria belum mendapat tempat yang sejajar dengan kaum lainnya antara lain karena mereka dianggap terdiri atas manusia-manusia aneh, mengidap penyakit jiwa, menyalahi norma, bahkan dianggap tidak sesuai dengan kaidah agama.

Stigmatisasi dan diskriminasi ini menyebabkan mereka terpinggirkan. Oleh karena itu mereka menjadi tidak bebas dengan akses mencari nafkah yang terbatas. Di negara-negara maju yang suasana kehidupannya lebih terbuka terhadap sesama, kelompok ini dapat eksis tanpa hambatan sosial dan mental.

Kemajuan ip-tek telah membuka mata bahwa konsep laki-laki dan perempuan dengan ciri-cirinya yang kita kenal selama ini antara lain seperti kromosom seks, alat kelamin dan perilaku gender, ternyata tidak seutuhnya benar karena bisa saja tertukar akibat penyimpangan proses selama pembentukan menjadi manusia.

Salah satu kelompok yang mengalami peristiwa itu di luar kuasanya adalah kaum waria. Waria sebagai makhluk ciptaan Tuhan patut dan layak diterima apa adanya sebagaimana penerimaan kita terhadap mereka yang lahir dengan berbagai variasi bentuk tubuh. Karena menghayati keberagaman ciptaan Tuhan adalah sebuah keindahan tersendiri.

• I Nyoman Mangku Karmaya
Pakar Anatomi Kedokteran (Konsultan) dan
Magister dalam Kedokteran Reproduksi


Ciri-ciri seorang waria versi saya:

1. Hampir semua waria yang pernah saya amati memiliki bentuk tubuh seperti pria seperti: bentuk rahangnya yang kuat, lengannya yang cukup berotot, bentuk pahanya yang tidak melengkung seperti wanita, bentuk betisnya yang bagian belakangnya menampakkan otot/ urat syaraf yang menonjol dan memiliki "jakun" di lehernya.

2. Waria pada dasarnya adalah seorang pria, jadi jika anda berminat memeriksa lebih lanjut pasti akan menemukan alat kelaminnya yang sama dengan seorang pria kecuali si waria tersebut sudah melakukan operasi kelamin.

3. Waria adalah tidak memancarkan pheromone dari dalam tubuhnya seperti pada wanita yang membuat kita tertarik padanya.

4. Waria biasa memakai pakaian yang cenderung seperti wanita, biasanya pakaian seksi untuk menarik perhatian "sesama jenisnya."

5. Waria tidak mungkin memiliki organ tubuh wanita secara "alami" (seperti rahim dan payudara) karena hormon testosteron dalam tubuhnya tidak mengijinkan untuk terbentuknya organ-organ wanita tersebut. Namun menurut yang saya baca, ada kejadian sebaliknya, sudah ada pasangan lesbian (wanita dan wanita) yang salah satu dari mereka rela disuntikkan hormon testosteron sehingga memiliki sosok seorang pria seperti: memiliki jenggot, otot di lengan, bulu-bulu dada dan betis, mengempisnya buah dada yang membentuk dada pria, dan memiliki kelamin pria, serta memproduksi sperma.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar